Buat fresh graduate, punya portfolio website itu bisa jadi pembeda besar saat melamar kerja di bidang IT. Tapi sayangnya, banyak yang terjebak bikin portfolio “asal ada” tanpa memperhatikan detail penting.
Sebagai developer yang juga membangun portfolio pribadi, saya sering melihat (dan dulu juga sempat melakukan) beberapa kesalahan ini. Yuk, kita bahas satu per satu.
1. Terlalu Banyak Animasi dan Efek Visual
🎨 Banyak fresh grad tergoda untuk menambahkan animasi keren atau efek parallax.
Masalahnya:
Loading jadi berat.
Distraksi dari konten utama (skill, project, CV).
Bisa bikin recruiter langsung tutup tab.
👉 Tips: Prioritaskan kecepatan loading dan readability daripada efek visual berlebihan.
2. Tidak Mobile Responsive
📱 Ingat, banyak recruiter atau hiring manager membuka portfolio lewat smartphone.
Kalau website tidak responsive:
Teks bisa terpotong.
Tombol sulit diklik.
User experience jelek, kesannya kurang profesional.
👉 Tips: Gunakan framework seperti Tailwind, Bootstrap, atau media query CSS. Pastikan website nyaman dibuka di layar kecil.
3. Hanya Copy-Paste Template Tanpa Personalisasi
Template gratisan memang membantu, tapi kalau semua fresh grad pakai template sama persis, portfolio jadi “pasaran”.
Recruiter ingin melihat kepribadian kamu, bukan sekadar UI template.
👉 Tips: Modifikasi template sesuai branding pribadi. Tambahkan warna favorit, foto, atau gaya tulisan yang mencerminkan diri kamu.
4. Tidak Ada “About Me” yang Jelas
Banyak yang langsung pamer project tanpa menjelaskan siapa dirinya. Padahal recruiter juga butuh konteks:
Latar belakang pendidikan.
Bidang yang dikuasai.
Tujuan karier.
👉 Tips: Tulis section singkat “About Me” yang ringkas, jelas, dan profesional.
5. Domain Masih Gratis (belum custom domain)
💡 Ini kesalahan paling umum.
Kalau alamat portfolio masih namakamu.github.io atau namakamu.vercel.app, kesannya masih coba-coba.
👉 Tips: Investasi kecil di domain pribadi (contoh: nanangwiz.com) bisa langsung menaikkan kesan profesional. Apalagi sekarang bisa beli domain langsung di Cloudflare dengan harga murah + fitur keamanan bawaan.
Kesimpulan
Membuat portfolio website itu bukan soal seberapa “keren” tampilannya, tapi seberapa jelas kamu bisa menunjukkan skill dan profesionalitas.
Hindari 5 kesalahan di atas, dan portfolio kamu akan lebih menonjol di mata recruiter.
Saya pribadi percaya, portfolio yang sederhana, cepat diakses, dan jelas jauh lebih efektif daripada portfolio yang penuh gimmick tapi membingungkan.
